.....::::: SELAMAT DATANG, SEMOGA ANDA PUAS DENGAN IRFANNOLNAM YANG POLOS DAN APA ADANYA :::::.....

Rabu, 28 Desember 2011

HADIS TENTANG WAKALAH

WAKALAH, SYIRKAH, DAN SYUF’AH

1.    عن عروة البارقي رضي الله عنه "أن رسول الله صلى الله عليه وسلم بعث معه بدينار يشتري له أضحية" / رواه البخاري
2.    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: قال الله: أنا ثالث الشريكين ما لم يخن أحدهما صاحبه، فإذا خان خرجت من بينهما/ رواه أبو داود وصححه الحاكم
3.    عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما قال: قضى رسول الله صلى الله عليه وسلم بالشفعة في كل ما لم يقسم فإذا وقعت الحدود وصرفت الطرق فلا شفعة / متفق عليه واللفظ للبخاري

PENJELASAN:
Hadis Pertama
وفي الحديث دليل على شريعة الوكالة والإجماع على ذلك
Dalam hadis ini terdapat dalil disyariatkannya wakalah. Dan ijma’ ulama memutuskan demikian.
الوكالة معناها التفويض. والمراد بها شرعا إستنابة الإنسان غيره فيما يقبل النيابة
Wakalah bermakna penyerahan. Secara syara’ adalah permintaan seseorang pada orang lain untuk mewakili dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Maka tidak diperbolehkan wakalah pada semua kegiatan yang tidak dapat diwakilkan seperti shalat, sumpah dan bersuci. Fuqaha sepakat tentang setiap akad yang boleh dilakukan seseorang dengan sendiri maka boleh pula ia wakilkan kepada orang lain, seperti jual beli, sewa, menagih hak, nikah, thalaq, dan akad-akad lain yang boleh diwakilkan.
الوكالة قد تكون تبرعا من الوكيل كما في الحديث. وقد تكون بأجر لأنه تصرف لغيره لا يلزمه فجاز أخذ العوض عليه. وحينئذ للموكل أن تشترط عليه أن لا يخرج نفسه منها إلا بعد أجل محدود وإلا كان عليه التعويض. وإن نص في العقد على أجرة للوكيل أعتبر أجيرا وسارت عليه أحكام الأجير.
Wakalah adakalanya perbuatan baik dari wakil seperti yang ada pada hadis dan adakalanya wakalah dengan upah, karena wakalah merupakan perbuatan hukum atas nama orang lain yang tidak wajib atasnya. Maka boleh membebankan kompensasi pada orang yang mewakilkan dan ketika itu orang yang mewakilkan dapat menentukan syarat-syarat bahwa wakil tidak boleh mengundurkan diri kecuali setelah waktu yang ditentukan. Dan jika tidak demikian (tidak bisa bertahan) maka dia dikenai ganti rugi. Apabila dalam akad ditegaskan adanya upah bagi wakil, maka wakil itu dianggap ajir (bekerja) dan berlaku atasnya hukum pekerja.

Hadis Kedua
أنا ثالث الشريكين: أي أنا معها بالحفظ ولبركة. أحفظ أموالهما وأعطهما والرزق والخير في معاملتهما
Yang dimaksud dengan ialah aku bersama mereka dengan penjagaan dan berkah, aku jaga harta mereka, aku berikan rizki dan kebaikan pada mereka dalam bisnis mereka.
خرجت من بينهما: اي زالت البركة بإخراج الحفظ عنهما
Yang dimaksud ialah berkah hilang dengan lepasnya penjagaan.
Syirkah adalah ungkapan tentang pencampuran harta milik sebagian dengan yang lain, sehingga tidak lagi dapat dibeda-bedakan, menurut at-Thib.
قال الطبي رحمه الله: الشركة عبارة عن اختلاط أموال بعضهم بعض بحيث لا يتميز
Syirkah Allah kepada mereka hanyalah kiyasan seakan-akan Allah menjadikan berkah, karunia, dan keuntungan dalam kedudukan harta yang dicampurkan, lalu dia menjadikan dzat-Nya sebagai pihak ketiga.
Dalam hadis ini tidak terdapat dalil tentang dianjurkannya syirkah, karena dalam syirkah ada berkah yang dilimpahkan oleh Allah. Berbeda-beda dengan jika masing-masing berusaha sendiri-sendiri.
Dicurahkannya berkah karena masing-masing dari dua orang yang berserikat berusaha untuk dapat menguntungkan mitranya dan Allah selalu menolong hambanya selagi hambanya itu menolong sesama.

Hadis Ketiga
Secara bahasa syuf’ah diambil dari kata الشفع yang bermakna terhimpun/berkumpul. Dan syuf’ah telah dikenal di kalangan orang-orang arab, jika seseorang pada zaman jahiliyyah ingin menjual rumah/kebun, datanglah kepadanya tetangga, mitra, teman meminta hak syuf’ah berkenaan dengan barang yang ia jual, lalu yang hendak menjual memberikannya hak syuf’ah dan menjadikannya sebagai pemegang prioritas untuk membeli dari orang yang lebih jauh, maka dinamakan hak tersebut dengan syuf’ah dan yang meminta disebut syafii’.
وفي الشرع: تملك المشفوع فيه جيرا عن المشتري بما قام عليه من الثمن والنفقات
Menurut syara’: pemilik atas barang syuf’ah secara paksa dari pembeli dengan membayar ganti, harga dan biaya yang telah dikeluarkan.
Secara dhahir menunjukkan bahwa syuf’ah itu ada pada barang yang dapat dibagi, berdasarkan makna ini ditegaskan dalam المنهاج bahwa setiap benda yang jika dibagi manfaatnya menjadi hilang seperti bak mandi dan kincir angin maka tidak ada syuf’ah.
Syuf’ah pada benda yang tidak dapat dibagi itu lebih utama. Ini dikuatkan oleh hadis yang artinya, “Mitra adalah pemegang hak syuf’ah dan syuf’ah berkenaan dengan apa pun.”
وأقول أن الشفعة في شيء غير قابل للقسمة أولى ويؤيد هذا ما رواه الترمذي عن ابن عباس من قول الرسول: "الشريك شفيع والشفعة في كل شيء."
Kalimat بين الشركاء menunjukkan bahwa para mitra syirkah itu adalah pemegang hak syuf’ah.
Tetangga lebih berhak atas syuf’ah tetangganya yang harus ditunggu jika ia tidak di tempat apabila jalannya satu.

Berdasarkan hal tersebut maka pemegang hak syuf’ah menurut Hanafi ada tiga:
  1. الشريك غير المقاسم           : mitra syirkah yang belum menerima bagiannya.
  2. الشريك المقاسم                 : sudah menerima bagian.
  3. الجار                    : tetangga.

PESAN:
-          Setiap akad yang boleh orang lakukan sendiri maka boleh pula ia wakilkan pada orang lain
-          Segala sesuatu yang baik jika disyirkahkan akan meringankan hasil guna dan manfaatnya.
-          Orang yang bermitra dalam memiliki sesuatu maupun bermitra dalam mmenempati lingkungan, lebih diutamakan atas pihak laen untuk membeli ketika salah satu mitra akan melepaskan hanya.