.....::::: SELAMAT DATANG, SEMOGA ANDA PUAS DENGAN IRFANNOLNAM YANG POLOS DAN APA ADANYA :::::.....

Minggu, 27 November 2011

HADIS TENTANG HIWALAH DAN PAILIT


Berikut ini adalah salah satu dari beribu-ribu hadis yang menjelaskan bagaimana orang yang berhutang ketika tidak menyegerakan membayar, padahal dia mampu untuk membayar. Juga tentang Hiwalah (perpindahan pembayaran hutang) dan tentang kePailitan… lebih jelasnya sebagai berikut…
1.    عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول اللهِ صلى الله عليه وسلم: مطل الغني ظلم، وإذا أتبع أحدكم على ملي فليتبع / مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
2.   عن أبي بكر بن عبد الرحمن عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول اللهِ صلى الله عليه وسلم يقول: من أدرك ماله بعينه عند رجل قد أفلس فهو أحق به من غيره / متفق عليه
PENJELASAN:
Hadis Pertama
مَطْلُ الْغَنِيِّ makna dalam hadis ini ialah penundaan hutang oleh orang kaya itu suatu kedhaliman. As-shin’ani berpendapat bahwa yang dimaksud di sini ialah menunda sesuatu yang sudah tiba waktunya untuk ditunaikan tanpa udzur oleh orang yang mampu untuk menunaikannya itu termasuk kedhaliman (makna substansi). Hadis ini menunjukkan bahwa haram atas orang kaya yang mampu, menunda hutang setelah jatuh tempo. Ulama yang berpegang pada makfhum mukhalafah berpendapat bahwa penundaan pelunasan hutang yang dilakukan oleh orang yang tidak mampu tidak termasuk kedhaliman sedangkan ulama yang tidak perpegang pada mafhum mukhalafah berpendapat bahwa jika pelakunya itu tidak mampu maka itu tidak disebut dengan menunda. (mafhum mukhalafah = pengertian sebaliknya).
وَإِذَا أُتْبِعَ (أى أُحِيْلَ) أَحَدُكُمْ عَلَى مَلِىءٍ (أى الغني المقتدر) فَلْيَتَّبِعْ (فليحتل)
Apabila kamu diikutkan (dialihkan) orang kaya yang mampu maka terimalah pengalihan itu.
Hiwalah adalah memindah hutang dari tanggungan pengalih (orang yang berhutang) pada tanggungan orang yang menerima pengalihan yaitu orang yang melaksanakanpelunasan hutang.
Kemudian perintah فَلْيَتَّبِعْ dalam hadis, oleh Ulama Ahlu Dhahir dimaknai dengan wajib (artinya wajib menerima pengalihan hutang tersebut), sedangkan Jumhur Ulama memahaminya dengan anjuran (mustahab). As-shin’ani berkata: saya tidak tahu apa faktor yang membawa Jumhur memalingkan maknanya dari makna dhahir.
Pelunasan hutang harus dilaksanakan/diupayakan agar hutangnya lunas, dan apabila ada pengalihan hutang hendaknya diterima karena itu termasuk agar hutang dapat lunas, karena hutang dibawa sampai mati.

Hadis Kedua
Yang dimaksud pailit ialah Orang itu menjadi tidak punya harta/uang. Lafad مَنْ أَدْرَكَ مَالَهُ (ini umum) mencakup orang yang hartanya berada di orang lain karena hubungan hutang atau jual beli, walaupun ada sejumlah hadis yang menegaskan dengan lafad jual beli:
إذا ابتاع الرجل سلعة ثم أفلس وهي عنده بعينها فهو بها من الغرماء
“apabila seseorang menjual barang kemudian yang membeli itu pailit dan barang itu masih ada pada pembeli itu sebagaimana adanya ketika dijual tadi, maka penjual lebih berhak atas barang itu dari pada pemiutang lainnya.”
Ada dalil khos yang sejalan dengan dalil ‘am, itu tidak mentakhsis dalil ‘am. Maksud dari lafad بِعَيْنِهِ ialah harta yang ditemukan itu tidak berubah sifatnya, tidak bertambah, tidak berkurang.
Ada pendapat dari Hadawi dan Syafi’i: apabila perubahan itu karena cacat maka pembeli boleh mengambilnya sementara yang berhutang tidak terkena ganti rugi, tapi jika perubahan itu karena ada tambahan maka pembeli berhak atas ganti rugi yakni sebesar yang telah dibelanjakan.

Demikian juga faedah-faedah lain dari barang itu menjadi hak pembeli walaupun faedah itu jadi satu dengan barang itu.
Pengutamaan terhadap orang yang barangnya ada pada orang yang pailit (dia lebih berhak atas pendahuluan atas gurama’)

PESAN:
-          Menunda sesuatu yang sudah tiba waktunya untuk ditunaikan tanpa udzur oleh orang yang mampu untuk menunaikannya itu termasuk kedhaliman.
-          Pelaksanaan kewajiban seseorang hanya dituntut sesuai kemampuannya.